loading…
Agenda dedolariasi BRICS dinilai semakin sulit terlaksana setelah Donald Trump kembali memegang tampuk pemerintahan AS. FOTO/Ilustrasi
Ada beberapa alasan yang akan membuat BRICS kesulitan merealisasikan dedolarisasi setelah Trump berkuasa di Gedung Putih. Berikut ini di antaranya.
Alasan BRICS Sulit Merealisasikan Dedolarisasi di Era Donald Trump
1. Ancaman Tak Main-main dari Trump
Selama ini, Donald Trump dikenal sering menggunakan sanksi ekonomi sebagai alat geopolitik. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan risiko bagi negara-negara yang mencoba menghindari penggunaan dolar.
Sebelum menjabat, Trump sebenarnya sudah mengancam negara-negara BRICS yang berencana menggulingkan dolar AS. Contohnya berupa pengenaan tarif 100% pada impor dari negara-negara yang menghindari dolar.
Mengutip Americas Quarterly, Trump juga pernah memberi ancaman serupa melalui akun media sosial miliknya di X. Dia memperingatkan rencana untuk dedolarisasi akan dilawan.
“Gagasan bahwa Negara-negara BRICS mencoba menjauh dari Dolar sementara kita hanya berdiam diri dan menonton sudah berakhir,” tulis Trump di X, beberapa minggu setelah memenangkan pemilihan pada November 2024.
Trump juga menambahkan bahwa pihaknya akan segera tidak akan memberi peluang untuk BRICS dalam rencananya menggantikan dolar AS. Dia menutupnya dengan kalimat “Negara mana pun yang mencoba (meninggalkan dolar) harus mengucapkan selamat tinggal kepada Amerika.”
2. Dolar AS Masih Terlalu Perkasa
Tak bisa dimungkiri, Dolar AS statusnya sangat kuat dunia. Tak hanya menjadi mata uang cadangan utama dunia, keberadaanya juga dipakai dalam sebagian besar perdagangan internasional.