loading…
Kementerian Perdagangan AS (Amerika Serikat) sedang mempertimbangkan untuk menempatkan lebih banyak perusahaan China, masuk ke dalam daftar ekspor terbatas. Foto/Dok
Biro Industri dan Keamanan juga sedang mempertimbangkan untuk menambahkan anak perusahaan dari Semiconductor Manufacturing International Corporation dan Yangtze Memory Technologies Co. ke dalam “Daftar Entitas” pembatasan ekspor.
Kabar tersebut menyisakan pertanyaan, sampai sejauh mana kesepakatan tarif antara AS dan China yang belum lama ini diteken. Perang dagang AS dan China memasuki babak baru, ketika kedua negara sepakat melonggarkan tarif impor secara drastis selama 90 hari sebagai hasil negosiasi akhir pekan lalu di Jenewa, Swiss.
Baca Juga: Trump Tutup Pintu Negosiasi Tarif dengan 150 Negara, Bagaimana Nasib Indonesia?
Kesepakatan ini terungkap dalam pernyataan bersama pada Senin, 12 Mei 2025. Dimana AS bakal memangkas tarif produk China dari 145% menjadi 30%. Sementara China menurunkan tarif produk AS dari 125% menjadi 10%.
Menurut Financial Times, kesepakatan perdagangan baru-baru ini antara AS dan China menjadi lebih rumit. Pasalnya ada banyak perusahaan China yang masuk dalam daftar pembatasan ekspor.
Perusahaan-perusahaan dalam daftar tersebut tidak dapat menerima barang atau ekspor teknologi tanpa lisensi, yang pada umumnya bakal ditolak. Perusahaan-perusahaan yang masuk juga karena aktivitas mereka dianggap bertentangan dengan keamanan nasional AS atau kepentingan kebijakan luar negeri.
Baca Juga: Trump Tabuh Genderang Perang dengan UE, Sebut Lebih Buruk dari China
Di bawah pemerintahan Biden, ada tambahan lebih dari dua lusin entitas Cina ke dalam daftar tersebut pada bulan Januari, termasuk Zhipu AI, dan Sophgo, sebuah perusahaan yang chip buatan TSMC-nya secara ilegal diintegrasikan ke dalam prosesor kecerdasan buatan Huawei.
Kementerian Perdagangan pada saat itu juga memperkuat kontrol terhadap aliran chip ke China untuk lebih baik mencegah pengalihan ke Huawei.
https://www.youtube.com/watch?v=3EXct4Ir
(akr)